Bukti Cinta Pertama untuk si ade
Muhammad Fathurrahman Fadly itulah nama yang ayahku berikan ketika dia terlahir. Ku panggil dia de atuy sejak tangisannya terdengar didunia ini. kedipan mata pertama begitu indah, bocah kecil nan mungil mengembangkan senyuman kepadaku ketika ku pegang erat jemari tangannya, waktu itu dia menjalani 30 hari kehidupan baru di dunia ini bersama Mama, Bapak, Aku dan adiku yang pertama. Waktu tak terasa, ku lalui kebersamaanku bersamanya memasuki bulan ke 12 berarti ini ultah pertamanya. Di sela-sela kesibukannku sekolah, les dan pengayaan EBTANAS karena waktu itu aku duduk di kelas tiga Sekolah Menengah Pertama. Hari yang berbahagia datang buat de atuy, ku lihat jarum jam casio kecilku mengarah ke angka dua, ku bergegas melangkahkan kaki setelah keluar dari gerbang tinggi bertuliskan SMPN 08 Bandung. Langkah terburu-buruku mengalahkan deruman mesin sepeda motor dan klakson mobil yang memang sangat nyaring karena waktu-waktu itu jalanan macet. Setelah ku lewati keramaian itu atau lebih pantasnya kegaduhan, ku masuk ke dalam ruangan ber-AC yang cukup menyejukan hawa panas yang ku lalui. Mataku menerawang jauh ke arah mainan yang berada di pojok supermarket itu. setelah beberapa menit mencari, menilai dan menimbang hadiah apa yang ingin aku berikan akhirnya tanganku ini meraih benda berwarna merah bercampur hijau beroda empat bertulisankan F1. Yah, aku pilih sebuah mobil-mobilan yang dilengkapi dengan remote control. Sejenak ku termenung mengingat apa ekspresi adiku ketika ku memberikannya hadiah ini. Ku beranjak seketika ketika seorang perempuan muda memperhatikanku sedari ku sadar ku tersenyum-senyum sendiri. haha, ku tertawa dalam hati lalu seorang perempuan muda berpakaian rapi mengembangkan senyumnya di loket tempat dia menggantungkan hidupnya seraya memberikankku secarik kertas bernominal untuk harga sebuah cinta kakak kepada adik tersayang. Aku termenung lagi memikirkan harga yang harus aku bayar, karena maklum lah anak SMP harus mengeluarkan nominal uang yang cukup untuk membeli 3 pasang sepatu baru waktu itu. Tapi ku tepis pikiran itu, senyuman de atuy dan gelak tawanya akan membayar berapapun nominal uang yang ku keluarkan. Uang tabunganku yang ku sisihkan selama satu tahun ludes seketika ku rogoh dari dompetku. Setelah tertata rapi beserta kado lucu berwarna-warni ku masukkan ke dalam tas hitam kesayanganku.
Pintu terbuka ketika ku sampai di halaman depan rumah, lalu ku tatap sekeliling rumah tapi tidak ku temukan sosok mungil yang sangat ku cintai. Hanya ada adiku yang pertama memegang remote TV sambil menjawab salamku. Ku tahu bahwa ayah, ibu dan de atuy sedang pergi ke rumah paman yang masih berada satu kelurahan dengan rumahku. Arghh seketika kku kecewa tidak dapat membuat kejutan secepatnnya dan melihat senyuman lucu dia. Tapi tak apalah toh nanti ketika mereka pulang ku bisa memberikannya. Santapan makan siang aku lahap dalam hitungan menit saking semangatnya lalu ku lalui waktu menunggu dengan mengurung diri dlam kamar kecil tapi sangat nyaman bagiku bercat hijau dan tertempel banyak poster si pangeran sepakbola David Beckham yang memang aku idolakan. Akhirnya setalah lam ku tatapi jam dinding kamar ketika matahari meredup tergantikan bulan mereka datang. Senyum mengembang ku rasakan seraya bergegas membuka pintu kamar melihat ade atuy yang berada di pangkuan ibu. Lalu ku cium pipinya sambil terlontar kata Happy Birthday to you padahal ku tahu dia pasti belum memahaminya. Hanya senyuman yang ia berikan tanpa sepatah katapun terlontar dari bibir mungilnya. hmmmm, tak apalah toh itu cukup membuat hatiku bahagia seketika ku ingat kado yang masih berada di tas. ku bergegas mengambilnya dan memberikannya. Ada raut wajah heran dari adiku karena ini mungkin kado pertama dalam hidupnya. tapi ketika ku buka kado itu tawanya muncul melambangkan kebahagian dari si adik. Lega rasanya ketika semua yang telah aku pikirkan terlaksana jga. Sedangkan hari-hari selanjutnya ia selalu bersama mobil F1 serta remotenya tanpa mau berpisah sedetikpun kecuali klo dia mandi.
oh iyah lupa ku ceritakan bahwa de atuy anak ketiga dari 3 bersaudara dan semuanya adalah laki-laki. Muhammad Irfan Al-anshari itulah nama anak pertama, yaitu Aku. Anak kedua di beri nama Muhammad Hilmy Ibnu Mukty yang sekarang duduk di Madrasah Aliyah kelas 2. Dan yang ketiga ialah de atuy tercinta. Ada sesuatu yang belum ku sadari waktu itu, pada usianya yang pertama dia belum bisa berbicara sepatah kata pun dan berjalan hanya sekedar berdiri itupun masih gontai. Sering ku bertanya dalam hati, kenapa dia lemah?
Apakah dia tidak normal?
karena setahuku 7 atau 8 bulan seorang balita bisa berjalan dan mengoceh sedangkan dia hanya tertawa dan menangis.
tapi ku tepiskan pikiran itu dan ku berprasangka baik aja, mungkin dia akan berjalan beberapa bulan lagi, pikirku.
* * * * *
Si Ade terlupakan karena si Dia
Derap langkah kaki ratusan anak baru gede alias ABG lengkap memakai seragam kebesaran mereka putih-biru memasuki gerbang tinggi menjulang betuliskan SMP Negeri Bandung Timur, lengkap dengan atribut upacara karena kebetulan hari ini hari pertama masuk sekolah.
Seperti rutinitas yang sudah lazim anak SMP lakukan, mengawali hari sekolah pada hari senin dan mengibarkan sang saka merah putih.
suatu hal yang menjemukkan pikirku dulu dan mungkin pikiran kebanyakan teman-temanku juga sama denganku.
Ku lihat sosok yang dulu pernah ku kagumi memimpin upacara, ya dia ketua OSIS sekolah kami.
Ketua OSIS angkatanku memang seorang perempuan yang cukup menarik bagiku.
Kekagumanku berawal ketika pada suatu hari ku baru mengenal sosoknya sekitar beberapa bulan lalu waktu ku kelas 8.
Padahal kami pernah sekelas waktu aku duduk di kelas 7 tapi karena karakterku yang sangat pendiam kami tak pernah saling berkomunikasi hanya sekedar tahu nama dan wajahnya and just say hei!!
Pada hari itu, aku terbujur lemas di ruang kesehatan sekolah karena kondisi badanku panas dingin.
Tiba-tiba datanglah seorang yang cukup familiar bagiku dengan menyungging sedikit senyuman manis.
Hai, fan! sapanya ramah dengan tetap memasak raut muka manis.
eh delia . Jawabku dengan suara yang lemas.
kamu jaga di sini del? tanyaku.
iyah , jawabnya singkat.
Lalu dia memberikanku secangkir teh manis hangat dan membiarkanku tertidur sejenak ketika ku teguk sebutir tablet paracetamol.
entah berapa lama ku terjaga tapi ketika ku terbangun dia masih duduk manis di sebuah bangku panjang dengan menggenggam sebuah novel.
Ternyata dia menungguku sedari tadi ku terjaga dengan sabar.
"teng tong" suara bel akhirnya berbunyi, tanda sekolah bubar.
Datang lah sahabat karib ku si Tama menawarkan diri mengantarku sampai rumah dan Aku mengiyakannya.
Delia memberikan sebuah jaket untuk ku pakai ketika ku mulai melangkahkan kaki keluar melewati pintu kayu berwarna putih kusam.
Akhirnya rutinitas menjenuhkan selesai dengan keluarnya Delia dari lapangan.
sejak menit pertama yang ku perhatikan memang bukan rentetan acara pengibaran bendera, tapi acaraku sendiri memandangi gerak-gerik sang komandan cantik.
Sesaat kemudian kami berkumpul , melihat papan pengumuman pembagian kelas baru.
Karena di sekolahku setiap tahun berganti teman sekelas dan ada satu kelas yang katanya kelas unggulan.
Hmmm,,, unggulan dalam menggaet nilai yang terbaik sih bukan unggul segala-galanya.
Kulihat lembar kertas terakhir dulu, yang merupakan kelas unggulan yaitu Kelas IX-B
Aku cukup "narsis" dan ''PeDe" meyakinkan diriku bahwa aku akan duduk di kelas ini karena waktu kelas 8 pernah ranking satu tepatnya caturwulan 2, oh iyah waktu itu sistem pendidikan nasional masih memakai sistem caturwulan bukan semester seperti saat ini.
Telunjukku beriringan dengan tatapan mata berjalan dari deretan nama teratas sampai bawah.
Memang tak jauh dari perkiraanku sebelumnya namaku ada, dan yang membuatku senang bukan karena masuk kelas unggulan tetapi
ada nama Delia di dalamnya.
Ku lalui satu tahun sebagai kelas teratas di SMP ini dengan dia,
wah tak terbayang apa yang akan terjadi karena ada beberapa kejadian yang membuatku kehilangan komunikasi
hatiku senang tapi disisi lain ada perasaan atau apalah namanya yang tak dapat ku tuliskan dengan kata-kata
ku lalui dua bulan tanpa komunikasi hanya sesekali aku saling melempar senyum dengannya
dan kurasakan bahagia hanya dengan senyuman itu
ah cinta monyet'' pikirku.
tapi ku sayang kamu*anak abg " jerit hatiku.
selalu ku bicara sendiri seperti ini di ruang kecil bagian rumah favoritku yaitu kamarku.
setelah lama rutinitas ini ku lalui datang lah sepucuk surat, ahaha cukup lucu bila ku ingat sekarang.
memang dulu Handphone belum semarak hari ini, hanya orang kalangan konglomerat ajja yang punya.
surat itu ku terima seusai sekolah dari teman dekatnya yang berbeda kelas.
hanya beberapa bagian saja yang masih ku ingat dengan surat itu, yang isinya kira-kira seperti ini:
Salam fan,
hy fan ! Pha kabar nie?
ni vina dan temen2 geng kita.
eh kita mau ngomongin tentang delia nie... cie cie....
oh ya fan gmana ama delia nya? kan dulu lo pernah gmana gtu ama dia waktu lo kelas 8.
kmaren kemaren kita ma temen2 nemuin diarinya dia di rumahnya n kita gag sengaja iseng baca2
eh ternyata ada nama lo disitu fan..disitu dia curhat yang intinya semenjak lo minta foto ama dia dan di comblangin ama si teh nadira..
si delia gag bisa lupain kamu fan. Lo cinta pertamanya dia katanya. gitu aja fan
gw ama temen2 dukung loe fan. ayo fan!!
wasalam vina dKK... :))
Aku tersenyum senang sambil jingkrak2 :D , setelah ku lipat lagi surat itu tapi aku juga bingung dengan apa yang harus aku lakukan.
Selang seminggu setelah itu Vina dan kawan2 mengajakku ngobrol.
fan gimana maunya ? tanya vina
aku bingung vin aku harus ngapain? jawabku
Ya, Allah fan lo kan suka jga ama delia, ya udah lo tembak aja dia!!! sahutnya
sejenak ku termenung dengan maksud dari penembakan itu, karena aku belum pernah melakukan sebelumnya.
Aku sebenarnya tahu kalo mau pacaran harus ada acara penembakan dengan kata-kata, tapi aku belum berpengalaman dan takut banget dengan apa yang akan nanti terjadi.
Mereka memandangiku seakan-akan tahu kebingunganku. Lalu mereka menyuruhku untuk menunggu sampai jam sekolah selesei.
tapi aku ingat hari itu ada kegiatan ekstrakulikuler yang harus ku ikuti sampai sore hari, akhirnya mereka bersama delia bersedia menungguku sampai sore.
sore itu suasana langit amat cerah secerah hatiku, akhirnya acara ekskul selesei juga.
ku turuni tangga sekolah dengan langkah gemetar dan ku lihat delia dan kawan-kawan sedang duduk di pojok bangku dekat bakso tahu Mang Udin. Mendadak tubuhku lemas, gemetar dan ada rasa panas dingin tapi rasanya berbeda dengan rasa sakit.
Mereka pun menoleh ke arahku ketika kakiku menginjakkan tangga terakhir, tatapan delia pun menuju mataku.
tatapan itu seakan-akan busur panah yang menikamku sehingga ku terdiam membatu di akhir tangga itu untuk beberapa saat.
aku duduk di tangga itu tak kuat untuk menahan getaran di dada ini, lembayan tangan mereka memanggilku tapi ku tetap tak beranjak ke arah mereka yang sebenarnya hanya berjarak 15 meter dari tangga. Tiba-tiba merka berjalan ke arahku kecuali delia, mereka mencoba melobiku untuk memberanikan diri ke sana.
Akhirnya aku kuatkan kaki yang terasa sangat berat ke tempat duduk delia di pojokan sekolah tempat mang udin berjualan bakso tahu kesukaan para siswa ketika istirahat. Karena waktu itu sore hari jadi untung saja sudah tutup dan tak ada satu orang pun kecuali kita berdua.
saat ku dekati dia ku lemparkan senyuman kepadanya dan ia pun membalas dengan senyuman.
bahagiaku bisa duduk di sampingnya dan seakan dunia berputar kalau ada kamera seperti di film--film romantis.
Panas dingin dan getaran didada menyelimuti suasana waktu itu ditambah keheningan antara kita berdua.
Entah berapa menit kita hanya terdiam sebelum akhirnya dia menanyakan sesuatu untuk memecah keheningan.
D : fan, apa kabar???
I : Alhamd baek deL
D : kata temen-temen kamu mau ngommong sesuatu fan, mau ngomong apa sie?I : iiiiii-iiya , aku cuma mau ngasih tahu sesutu deL.
D : apa?
I : ada yang suka ama kamu katanya
D : kata siapa?
I : kataku del. hehe
D : oh gitu, siapa orangnya?
I : orangnya ... orangnya ya orang ya ada di sampingmu del
D : waah, orang yang ada di sampingnya jga suka kok.
senyumku dan senyumnya berpadu ketika ku pandang wajahnya dan angin tiba-tiba saja berhembus membelai rambutnya yang lurus sepanjang bahu.
Pengalaman pertama bagiku terasa sangat indah dan bagi delia juga inilah yang pertama.
inikah yang dinamakan jadian dan cinta pertama'' kataku dalam hati.
setelah hari itu kami sering melewati kebersamaan di dalam dan luar sekolah.
Sampai akhirnya ku sadar, ada seorang yang terlupakan yaitu de atuy.
Bahkan di catatan ini namanya belum sempat ku tuliskan.
Si autis tak mendapatkan cinta sang kakak di bagian ini.
Maafkan aku de atuy, jeritku...
Eng INg Eng ini dia delia hehe.. sekarang sudah jadi bassist band indie bandung MAFIOSO
* * * * *
Hari Terakhir Bersama si seragam putih biru
Akhirnya ku lalui masa-masa indah di SMP dengan seleseinya ujian akhir yang dulu disebut EBTANAS.
Sujud syukur ku lakukan di dalam kelas ketika Bu Wali kelas membacakan semua nilai yang kami dapatkan waktu itu.
Aku mendapatkan nilai yang sangat cukup untuk memasuki dua SMA terfavorit di bandung.
pikiranku sudah melayang jauh berada di bangku SMA, memakai putih abu bercelana panjang dan ku tinggalkan celana pendek biruku ini.
Ku bergegas pulang ke rumah sampai tak ku hiraukan deruman mobil dan klakson dalam perjalananku bersepeda ke rumah.
Karena di fikikiranku yang ada hanya mimik wajah ayah dan ibu ketika nanti mendengarkan kabar itu.
ckiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiittttttttttt....
tiba-tiba terdengar bunyi rem mendadak dari mobil sedan di belakangku.
braaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaak!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
............
Muhammad Fathurrahman Fadly itulah nama yang ayahku berikan ketika dia terlahir. Ku panggil dia de atuy sejak tangisannya terdengar didunia ini. kedipan mata pertama begitu indah, bocah kecil nan mungil mengembangkan senyuman kepadaku ketika ku pegang erat jemari tangannya, waktu itu dia menjalani 30 hari kehidupan baru di dunia ini bersama Mama, Bapak, Aku dan adiku yang pertama. Waktu tak terasa, ku lalui kebersamaanku bersamanya memasuki bulan ke 12 berarti ini ultah pertamanya. Di sela-sela kesibukannku sekolah, les dan pengayaan EBTANAS karena waktu itu aku duduk di kelas tiga Sekolah Menengah Pertama. Hari yang berbahagia datang buat de atuy, ku lihat jarum jam casio kecilku mengarah ke angka dua, ku bergegas melangkahkan kaki setelah keluar dari gerbang tinggi bertuliskan SMPN 08 Bandung. Langkah terburu-buruku mengalahkan deruman mesin sepeda motor dan klakson mobil yang memang sangat nyaring karena waktu-waktu itu jalanan macet. Setelah ku lewati keramaian itu atau lebih pantasnya kegaduhan, ku masuk ke dalam ruangan ber-AC yang cukup menyejukan hawa panas yang ku lalui. Mataku menerawang jauh ke arah mainan yang berada di pojok supermarket itu. setelah beberapa menit mencari, menilai dan menimbang hadiah apa yang ingin aku berikan akhirnya tanganku ini meraih benda berwarna merah bercampur hijau beroda empat bertulisankan F1. Yah, aku pilih sebuah mobil-mobilan yang dilengkapi dengan remote control. Sejenak ku termenung mengingat apa ekspresi adiku ketika ku memberikannya hadiah ini. Ku beranjak seketika ketika seorang perempuan muda memperhatikanku sedari ku sadar ku tersenyum-senyum sendiri. haha, ku tertawa dalam hati lalu seorang perempuan muda berpakaian rapi mengembangkan senyumnya di loket tempat dia menggantungkan hidupnya seraya memberikankku secarik kertas bernominal untuk harga sebuah cinta kakak kepada adik tersayang. Aku termenung lagi memikirkan harga yang harus aku bayar, karena maklum lah anak SMP harus mengeluarkan nominal uang yang cukup untuk membeli 3 pasang sepatu baru waktu itu. Tapi ku tepis pikiran itu, senyuman de atuy dan gelak tawanya akan membayar berapapun nominal uang yang ku keluarkan. Uang tabunganku yang ku sisihkan selama satu tahun ludes seketika ku rogoh dari dompetku. Setelah tertata rapi beserta kado lucu berwarna-warni ku masukkan ke dalam tas hitam kesayanganku.
Pintu terbuka ketika ku sampai di halaman depan rumah, lalu ku tatap sekeliling rumah tapi tidak ku temukan sosok mungil yang sangat ku cintai. Hanya ada adiku yang pertama memegang remote TV sambil menjawab salamku. Ku tahu bahwa ayah, ibu dan de atuy sedang pergi ke rumah paman yang masih berada satu kelurahan dengan rumahku. Arghh seketika kku kecewa tidak dapat membuat kejutan secepatnnya dan melihat senyuman lucu dia. Tapi tak apalah toh nanti ketika mereka pulang ku bisa memberikannya. Santapan makan siang aku lahap dalam hitungan menit saking semangatnya lalu ku lalui waktu menunggu dengan mengurung diri dlam kamar kecil tapi sangat nyaman bagiku bercat hijau dan tertempel banyak poster si pangeran sepakbola David Beckham yang memang aku idolakan. Akhirnya setalah lam ku tatapi jam dinding kamar ketika matahari meredup tergantikan bulan mereka datang. Senyum mengembang ku rasakan seraya bergegas membuka pintu kamar melihat ade atuy yang berada di pangkuan ibu. Lalu ku cium pipinya sambil terlontar kata Happy Birthday to you padahal ku tahu dia pasti belum memahaminya. Hanya senyuman yang ia berikan tanpa sepatah katapun terlontar dari bibir mungilnya. hmmmm, tak apalah toh itu cukup membuat hatiku bahagia seketika ku ingat kado yang masih berada di tas. ku bergegas mengambilnya dan memberikannya. Ada raut wajah heran dari adiku karena ini mungkin kado pertama dalam hidupnya. tapi ketika ku buka kado itu tawanya muncul melambangkan kebahagian dari si adik. Lega rasanya ketika semua yang telah aku pikirkan terlaksana jga. Sedangkan hari-hari selanjutnya ia selalu bersama mobil F1 serta remotenya tanpa mau berpisah sedetikpun kecuali klo dia mandi.
oh iyah lupa ku ceritakan bahwa de atuy anak ketiga dari 3 bersaudara dan semuanya adalah laki-laki. Muhammad Irfan Al-anshari itulah nama anak pertama, yaitu Aku. Anak kedua di beri nama Muhammad Hilmy Ibnu Mukty yang sekarang duduk di Madrasah Aliyah kelas 2. Dan yang ketiga ialah de atuy tercinta. Ada sesuatu yang belum ku sadari waktu itu, pada usianya yang pertama dia belum bisa berbicara sepatah kata pun dan berjalan hanya sekedar berdiri itupun masih gontai. Sering ku bertanya dalam hati, kenapa dia lemah?
Apakah dia tidak normal?
karena setahuku 7 atau 8 bulan seorang balita bisa berjalan dan mengoceh sedangkan dia hanya tertawa dan menangis.
tapi ku tepiskan pikiran itu dan ku berprasangka baik aja, mungkin dia akan berjalan beberapa bulan lagi, pikirku.
* * * * *
Si Ade terlupakan karena si Dia
Derap langkah kaki ratusan anak baru gede alias ABG lengkap memakai seragam kebesaran mereka putih-biru memasuki gerbang tinggi menjulang betuliskan SMP Negeri Bandung Timur, lengkap dengan atribut upacara karena kebetulan hari ini hari pertama masuk sekolah.
Seperti rutinitas yang sudah lazim anak SMP lakukan, mengawali hari sekolah pada hari senin dan mengibarkan sang saka merah putih.
suatu hal yang menjemukkan pikirku dulu dan mungkin pikiran kebanyakan teman-temanku juga sama denganku.
Ku lihat sosok yang dulu pernah ku kagumi memimpin upacara, ya dia ketua OSIS sekolah kami.
Ketua OSIS angkatanku memang seorang perempuan yang cukup menarik bagiku.
Kekagumanku berawal ketika pada suatu hari ku baru mengenal sosoknya sekitar beberapa bulan lalu waktu ku kelas 8.
Padahal kami pernah sekelas waktu aku duduk di kelas 7 tapi karena karakterku yang sangat pendiam kami tak pernah saling berkomunikasi hanya sekedar tahu nama dan wajahnya and just say hei!!
Pada hari itu, aku terbujur lemas di ruang kesehatan sekolah karena kondisi badanku panas dingin.
Tiba-tiba datanglah seorang yang cukup familiar bagiku dengan menyungging sedikit senyuman manis.
Hai, fan! sapanya ramah dengan tetap memasak raut muka manis.
eh delia . Jawabku dengan suara yang lemas.
kamu jaga di sini del? tanyaku.
iyah , jawabnya singkat.
Lalu dia memberikanku secangkir teh manis hangat dan membiarkanku tertidur sejenak ketika ku teguk sebutir tablet paracetamol.
entah berapa lama ku terjaga tapi ketika ku terbangun dia masih duduk manis di sebuah bangku panjang dengan menggenggam sebuah novel.
Ternyata dia menungguku sedari tadi ku terjaga dengan sabar.
"teng tong" suara bel akhirnya berbunyi, tanda sekolah bubar.
Datang lah sahabat karib ku si Tama menawarkan diri mengantarku sampai rumah dan Aku mengiyakannya.
Delia memberikan sebuah jaket untuk ku pakai ketika ku mulai melangkahkan kaki keluar melewati pintu kayu berwarna putih kusam.
Akhirnya rutinitas menjenuhkan selesai dengan keluarnya Delia dari lapangan.
sejak menit pertama yang ku perhatikan memang bukan rentetan acara pengibaran bendera, tapi acaraku sendiri memandangi gerak-gerik sang komandan cantik.
Sesaat kemudian kami berkumpul , melihat papan pengumuman pembagian kelas baru.
Karena di sekolahku setiap tahun berganti teman sekelas dan ada satu kelas yang katanya kelas unggulan.
Hmmm,,, unggulan dalam menggaet nilai yang terbaik sih bukan unggul segala-galanya.
Kulihat lembar kertas terakhir dulu, yang merupakan kelas unggulan yaitu Kelas IX-B
Aku cukup "narsis" dan ''PeDe" meyakinkan diriku bahwa aku akan duduk di kelas ini karena waktu kelas 8 pernah ranking satu tepatnya caturwulan 2, oh iyah waktu itu sistem pendidikan nasional masih memakai sistem caturwulan bukan semester seperti saat ini.
Telunjukku beriringan dengan tatapan mata berjalan dari deretan nama teratas sampai bawah.
Memang tak jauh dari perkiraanku sebelumnya namaku ada, dan yang membuatku senang bukan karena masuk kelas unggulan tetapi
ada nama Delia di dalamnya.
Ku lalui satu tahun sebagai kelas teratas di SMP ini dengan dia,
wah tak terbayang apa yang akan terjadi karena ada beberapa kejadian yang membuatku kehilangan komunikasi
hatiku senang tapi disisi lain ada perasaan atau apalah namanya yang tak dapat ku tuliskan dengan kata-kata
ku lalui dua bulan tanpa komunikasi hanya sesekali aku saling melempar senyum dengannya
dan kurasakan bahagia hanya dengan senyuman itu
ah cinta monyet'' pikirku.
tapi ku sayang kamu*anak abg " jerit hatiku.
selalu ku bicara sendiri seperti ini di ruang kecil bagian rumah favoritku yaitu kamarku.
setelah lama rutinitas ini ku lalui datang lah sepucuk surat, ahaha cukup lucu bila ku ingat sekarang.
memang dulu Handphone belum semarak hari ini, hanya orang kalangan konglomerat ajja yang punya.
surat itu ku terima seusai sekolah dari teman dekatnya yang berbeda kelas.
hanya beberapa bagian saja yang masih ku ingat dengan surat itu, yang isinya kira-kira seperti ini:
Salam fan,
hy fan ! Pha kabar nie?
ni vina dan temen2 geng kita.
eh kita mau ngomongin tentang delia nie... cie cie....
oh ya fan gmana ama delia nya? kan dulu lo pernah gmana gtu ama dia waktu lo kelas 8.
kmaren kemaren kita ma temen2 nemuin diarinya dia di rumahnya n kita gag sengaja iseng baca2
eh ternyata ada nama lo disitu fan..disitu dia curhat yang intinya semenjak lo minta foto ama dia dan di comblangin ama si teh nadira..
si delia gag bisa lupain kamu fan. Lo cinta pertamanya dia katanya. gitu aja fan
gw ama temen2 dukung loe fan. ayo fan!!
wasalam vina dKK... :))
Aku tersenyum senang sambil jingkrak2 :D , setelah ku lipat lagi surat itu tapi aku juga bingung dengan apa yang harus aku lakukan.
Selang seminggu setelah itu Vina dan kawan2 mengajakku ngobrol.
fan gimana maunya ? tanya vina
aku bingung vin aku harus ngapain? jawabku
Ya, Allah fan lo kan suka jga ama delia, ya udah lo tembak aja dia!!! sahutnya
sejenak ku termenung dengan maksud dari penembakan itu, karena aku belum pernah melakukan sebelumnya.
Aku sebenarnya tahu kalo mau pacaran harus ada acara penembakan dengan kata-kata, tapi aku belum berpengalaman dan takut banget dengan apa yang akan nanti terjadi.
Mereka memandangiku seakan-akan tahu kebingunganku. Lalu mereka menyuruhku untuk menunggu sampai jam sekolah selesei.
tapi aku ingat hari itu ada kegiatan ekstrakulikuler yang harus ku ikuti sampai sore hari, akhirnya mereka bersama delia bersedia menungguku sampai sore.
sore itu suasana langit amat cerah secerah hatiku, akhirnya acara ekskul selesei juga.
ku turuni tangga sekolah dengan langkah gemetar dan ku lihat delia dan kawan-kawan sedang duduk di pojok bangku dekat bakso tahu Mang Udin. Mendadak tubuhku lemas, gemetar dan ada rasa panas dingin tapi rasanya berbeda dengan rasa sakit.
Mereka pun menoleh ke arahku ketika kakiku menginjakkan tangga terakhir, tatapan delia pun menuju mataku.
tatapan itu seakan-akan busur panah yang menikamku sehingga ku terdiam membatu di akhir tangga itu untuk beberapa saat.
aku duduk di tangga itu tak kuat untuk menahan getaran di dada ini, lembayan tangan mereka memanggilku tapi ku tetap tak beranjak ke arah mereka yang sebenarnya hanya berjarak 15 meter dari tangga. Tiba-tiba merka berjalan ke arahku kecuali delia, mereka mencoba melobiku untuk memberanikan diri ke sana.
Akhirnya aku kuatkan kaki yang terasa sangat berat ke tempat duduk delia di pojokan sekolah tempat mang udin berjualan bakso tahu kesukaan para siswa ketika istirahat. Karena waktu itu sore hari jadi untung saja sudah tutup dan tak ada satu orang pun kecuali kita berdua.
saat ku dekati dia ku lemparkan senyuman kepadanya dan ia pun membalas dengan senyuman.
bahagiaku bisa duduk di sampingnya dan seakan dunia berputar kalau ada kamera seperti di film--film romantis.
Panas dingin dan getaran didada menyelimuti suasana waktu itu ditambah keheningan antara kita berdua.
Entah berapa menit kita hanya terdiam sebelum akhirnya dia menanyakan sesuatu untuk memecah keheningan.
D : fan, apa kabar???
I : Alhamd baek deL
D : kata temen-temen kamu mau ngommong sesuatu fan, mau ngomong apa sie?I : iiiiii-iiya , aku cuma mau ngasih tahu sesutu deL.
D : apa?
I : ada yang suka ama kamu katanya
D : kata siapa?
I : kataku del. hehe
D : oh gitu, siapa orangnya?
I : orangnya ... orangnya ya orang ya ada di sampingmu del
D : waah, orang yang ada di sampingnya jga suka kok.
senyumku dan senyumnya berpadu ketika ku pandang wajahnya dan angin tiba-tiba saja berhembus membelai rambutnya yang lurus sepanjang bahu.
Pengalaman pertama bagiku terasa sangat indah dan bagi delia juga inilah yang pertama.
inikah yang dinamakan jadian dan cinta pertama'' kataku dalam hati.
setelah hari itu kami sering melewati kebersamaan di dalam dan luar sekolah.
Sampai akhirnya ku sadar, ada seorang yang terlupakan yaitu de atuy.
Bahkan di catatan ini namanya belum sempat ku tuliskan.
Si autis tak mendapatkan cinta sang kakak di bagian ini.
Maafkan aku de atuy, jeritku...
Eng INg Eng ini dia delia hehe.. sekarang sudah jadi bassist band indie bandung MAFIOSO
* * * * *
Hari Terakhir Bersama si seragam putih biru
Akhirnya ku lalui masa-masa indah di SMP dengan seleseinya ujian akhir yang dulu disebut EBTANAS.
Sujud syukur ku lakukan di dalam kelas ketika Bu Wali kelas membacakan semua nilai yang kami dapatkan waktu itu.
Aku mendapatkan nilai yang sangat cukup untuk memasuki dua SMA terfavorit di bandung.
pikiranku sudah melayang jauh berada di bangku SMA, memakai putih abu bercelana panjang dan ku tinggalkan celana pendek biruku ini.
Ku bergegas pulang ke rumah sampai tak ku hiraukan deruman mobil dan klakson dalam perjalananku bersepeda ke rumah.
Karena di fikikiranku yang ada hanya mimik wajah ayah dan ibu ketika nanti mendengarkan kabar itu.
ckiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiittttttttttt....
tiba-tiba terdengar bunyi rem mendadak dari mobil sedan di belakangku.
braaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaak!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
............